Pengaruh Lockdown Swiss
Cukup sudah kita sekeluarga di buat panik dan cemas dua bulan tidak ada kerja #stayhome# Tentunya keadaan lock down di tempat aq tinggal tidak se-streng seperti di Italia dan Spanyol maka kita beruntung walah pun tinggal di rumah di desa qu masih di ijinkan untuk berjalan kaki sekitar pertanian.
Sungguh winter tahun ini terlalu panas.. salju cuma sekali turun dan itu juga tidak banyak.. dan bulan maret pun iklim sudah seperti spring, burung bango yang biasa terbang ke Afrika pun sejak desember kemarin tidak minggat dari sarang nya. Isi dunia ini memang lagi di uji Tuhan… bukan cuma manusia saja berikut hewan dan tumbuhan ikutan confused. Bulan maret tetangga mulai potong rumput dan otomatis mesin itu menyemburkan serpihan rumput halus berbarengan saat itu pohon bunga juga sedang bermekaran hingga pas lah serbuk serbuk itu gabung bertebaran di tiup angin dan masuk ke jendela rumah yang menjadi penyebab penderita alergi kambuh setiap musim semi.

So kekhawatiran bagi allergika double karena efek dari serbuk rumput dan sari bunga mengakibatkan leher gatal, influenza, batuk dan kadang bisa menimbulkan mata merah bengkak penyebab gatal maka ketika mereka / kita batuk atau bersin di rumah atau di tempat umum sudah wajib sekarang ini jika ditutup dengan tissue atau siku kita. Karena menurut penjelasan pihak medis yang sudah kita dengar bahwa tidak semua tranportir (pembawa) virus corona menunjukkan gejala yang sama dengan penderita corona yang lain, yang dirinya sendiri tidak merasa sakit diakibatkan imunisasi yang kuat tetapi virus itu akan ikut keluar ketika bersin atau batuk dan menularkan orang lain yang sedang lemah. Tapi perbedaan bersin dan batuk allergika biasanya tidak akan menular namun saat saat ini tidak ada garansi kalau ia bebas dari corona, menyadari kondisi alergi ini maka tidak rugi jika penderita dibiasakan keluar rumah pakai masker dan menghindari bentrokan kerumunan publik selama isue covid 19 ini belum tuntas ditangani.
Selang tiga hari batuk redam… badan sudah bugar boleh deh esoknya berangkat kerja… tapi rupanya aq terlalu cepat gembira.. hari minggu tetangga yang satunya ikut serempak potong rumput.. yang biasanya akhir april mereka baru potong ini masih bulan maret akibat iklim terlalu dini berubah hangat 18 – 20 derajat Celcius membuat rumput dan pepohonan tumbuh pesat, meski jendela sudah di tutup kan serbuk serbuk itu sangat halus dan tercium baunya dan kalau terlanjur masuk hidung kemudian nempel di kulit rahang maka beberapa jam kemudian hidung bakal meler, bersin bersin kemudian batuk.
Seharus nya aq minum obat alergi yang ada.. tapi sangat enggan karena efek bikin ngantuk.. selang beberapa hari diam di rumah Alhamdulillah alergi hilang di sembuhkan dengan rutin tiap hari minum air jahe segar buatan sendiri dan dua liter chia tee campur madu untuk menurunkan panas dalam, lalu dengan istirahat cukup dan dibantu olah raga kecil batuk pun sembuh dan lidah sudah enak di pakai makan.
Sejak itu kemana mana aq selalu pakai masker situasi seperti ini jaga kondisi tubuh sendiri sangat penting supaya imunisasi tidak drop.. rupanya vitamin D ini ternyata punya peran sangat penting dalam menjaga kondisi tubuh di saat covid 19 jadi tubuh kita itu wajib kena sinar matahari pagi / sore jalan keliling perumahan atau berjemur di pekarangan sudah cukup menyerap vitamin D yang kita butuhkan dan ini lebih baik dibandingkan dengan menelan obatnya (ket.dokter dari Jerman yang menangani kasus covid).
Selagi sahabat aq belum berani naik bus aqu terpaksa memberanikan diri dan memilih bekerja, kemarin-kemarin seh nyaman nyaman saja naik kereta dan bus perjalanan kerja PP yang biasanya makan dua jam-an sekarang jadi empat jam gara gara isu corona jadwal kereta dan line bus lebih panjang karena harus melewati jalur diluar biasanya belum lagi waktu nunggu empatpuluh menit di halte transit untuk tujuan luar kota. Ketika dihitung tiap kali ada sekitar 3-4 penumpang yang menggunakan masker termasuk aq sedikit sekali sebab di Swiss tidak di wajibkan pakai masker kecuali yang sedang sakit (menurut aq kurang logika karena kalau sakit baiknya tinggal di rumah) dan yang membuat jengkel dan nervus itu banyak kaula muda tidak serius menanggapi kasus virus ini kalau batuk atau bersin (sudah biasa musim dingin pasti banyak orang sakit batuk flu) tidak di tutup pakai tangan atau siku.. begitu pula sikap perokok yang tidak punya etika padahal mereka sudah disiapkan tempat rokok tapi malah sengaja rokok di tempat non smoking, sangat egois dan dungu mereka tidak mempedulikan kesehatan orang sekelilingnya yang mungkin ada penderita asma, allergika atau alasan lain.
Mengikuti berita terbaru covid 19, reaksi pemerintah setempat dan negara lain memiliki cara yang sama dalam menghadapi pandemic ini dan berusaha tidak membuat warga panik namun tetap waspada. Tiga tahun lalu aq jual mobil dengan maksud mencoba minimalis style dan lebih hemat hingga kemana mana ketergantungan dengan kendaraan umum. Nah dalam keadaan seperti ini baru terasa pungsi punya mobil he he he…
Apa lagi ketika ingat pengalaman konyol yang terjadi akibat malas nunggu bus yang biasa ditumpangi, aq malah naik bus ke rute lain dikira bus itu berhenti di halte kedua ternyata tidak berhenti malah dibawa naik keatas bukit, selama sepuluh menit duduk gemes sambil ngawasi jalan jalannya lalu aq tegur penumpang lain dan memberi tahu kekonyolan aq. Orang itu nyengir setelah mendengarnya lalu memberi saran jangan berhenti di halte sebab bus ini yang terakhir, tunggu saja dan nanti di stasiun turun (orang itu menyebutkan nama stasiun), habis berterima kasih aq kembali ke tempat duduk kemudian bersamaan sisa penumpang turun di stasiun kereta yang mana masih asing buat aq. Pukul 18:30 pm benar apa kata orang itu tidak ada bus yang lewat kecuali kereta dan taxi!
Tampa membuang waktu mencari timetable kereta, Oh nooo.. tidak ada yang direk menuju stasiun tempat qu tinggal akhirnya sebelum stasiun itu sepi aqu harus pilih dua pilihan mau naik taxi atau naik kereta. Iseng aq samperi pak supir taxi satu satunya yang lagi mangkal dan menyebutkan alamat tujuan.
” Kira-kira berapa harga argo kesana? ” Tanya aq serius.
” Cepe an bu. ” jawabnya.
” Busseett…..! mahal banget! ” balas aq sambil mikir. Naik gak ya.
” Jarak ke tujuan kisar 20km. ” komen pak supir kalem.
Aqu harus segera memutuskan, cepat sampai rumah atau nunggu 2,5 jam. Akhirnya sebelum taxi disambet orang qu buka pintu taxi masuk kedalam dan mengencangkan masker sebab pak supir tidak pakai.
” Bayar pakai kartu ya pak. ”
” Silakan. ” kemudian taxi itu melaju.
Lima menit kemudian aq buka kaca jendela agar sirkulasi udara berganti. Suasana lockdown membuat orang paranoid dan cemas di Eropa hampir mempunyai cerita yang mirip.. ada yang biasa saja menanggapinya ada yang berlebihan dan ada yang sama sekali cuek. Baru minggu ini terdengar kabar menyenangkan dari berita lokal bahwa penularan penyakit corona mulai berkurang dan pemerintah berupaya mengatasi keluhan perekonomian warganya dan terlebih warga yang memiliki perekonomian standar sudah sangat butuh pekerjaan dan memohon agar mereka di perbolehkan kerja karena asuransi kesehatan, kredit rumah /sewa apartemen serta biaya pengeluaran pokok dan anak” tetap harus dibayar bagaimana mereka bisa tenang jika stayhome berbulan-bulan.
Walau ada janji pemerintah akan ada pelonggaran penyicilan dan memberi pinjaman dari bank toh tidak menenangkan mereka karena pasti semua butuh proses… belum lagi ada pemilik tempat yang ketakutan hingga mengambil tindakan keras terhadap penyewa toko, restauran, kantoran dsb. yang harus segera melunasi uang sewa jika tidak diancam akan putus kontrak. Hal ini sangat memberatkan beban pikiran penyewa dan bikin stres tentu saja siapa yang ingin berlama lama stayhome tampa ada pemasukan dan produktivitas seperti biasanya karena mereka tidak dapat mengelak peraturan pemerintah dan harus menerima kenyataan kehilangan customer dan terpaksa memberhentikan pegawai.
Di lain pihak untuk sebagian warga minggu depan dapat menarik napas lega sebab sekolah satu persatu akan dibuka, perusahaan yang berhubungan dengan publik dapat beroperasi lagi, salon dan gardening sudah dibuka, rumah sakit dan dokter gigi sudah menerima pasien, dst. Yang belum pasti adalah pemilik restauran, cinema dan usaha setara yang baru mendapatkan lampu kuning, kemungkinan juni baru dibebaskan buka (belum pasti tanggal berapa) sedangkan untuk traveler liburan belum di ijinkan terbang keluar negara kecuali untuk pekerjaan.
Nah buat aq pribadi pandemic ini menjadi pelajaran yang berarti banget: Aq merasa harus lebih bersyukur dalam hidup dan tetap optimis, keadaan #stayhome kemarin ini menguji kesabaran sekali dan pentingnya menjaga kesehatan tidak mudah terpancing emosi tidak mudah percaya berita hoax dan modus dari orang di sekitar, walau kadang kalah timbul rasa capek, kesal dan kecewa dengan sikap beberapa orang yang tidak pernah dewasa dan tidak mau bertanggung jawab dalam hidup mereka. Pengaruh lockdown membuat aq sedikit lebih dewasa dan tua 🙂 berusaha banyak menahan keinginan diri dan sedikit cuek dengan apa kata orang. Bersyukur karena aq sehat dan dapat bekerja walau hanya setengah hari saja. Alhamdulilah rezeki masih ada ;-))
Satu pemikiran pada “#34 Pengaruh Lockdown Swiss”