Negara Italia termasuk negara yang saya sukai sejak masa remaja tapi waktu itu tak banyak yang saya ketahui tentang negara tersebut selain lewat permainan bola yang sering mereka menangkan diajang pertarungan nasional dan international pada tahun delapan-sembilan puluhan, nama club bola italy seperti Ac Milan dan SSC Napoli menarik perhatian dan menjadi buah bibir masyarakat Indonesia dan bahkan penduduk dunia. Begitu terkenalnya dunia per-bola an Italia maka sisi lain dari negara itu pun secara tidak langsung ikut terkail dan memancing orang jadi ingin tahu.
Italia selain negara yang memiliki marmor nomor satu terbaik dunia, Italia dikenal pula sebagai produsen bahan kulit leather berkualitas dan dari hasil pertanian mereka sampai sekarang merupakan peng-export hasil panen terbesar negara Eropah termasuk ke Switzerland. Bukan cuma itu saja jika di lihat dari sisi pariwisata kota-kota Italia sudah lama dikenal dunia wisatawan dengan dua faktor yang menjadi handalan negaranya iklim yang ramah (tidak terlalu dingin seperti negara Eropah lain dan ciri khas masakan mereka kulinaris yang mudah di gemari oleh banyak bangsa, kelolahan yang simple banyak menggunakan bahan fresh dan herbs.
Dunia wisata tak kunjung lepas dari percakapan kita, nah menurut berita dan pengaduan orang yang mengalami kerugian finanz dan cedera menjadi gosokan hangat untuk memancing isu baru di kalangan wisata dan pada akhirnya orang percaya dan mengangap kota-kota besar Italia rawan dan kurang aman untuk wisatawan asing, karena hal itu sudah dibuktikan oleh banyak orang dan saya juga pernah membahas hal ini tahun lalu silakan baca; #12 Modus Kejahatan di tempat liburan tapi selama beru-ulang kali saya ke negara pemasok spagetti puji Tuhan selama ini saya bepergian fine-fine aja malah saya sering di kejutkan oleh keramahan dan keterbuka-an mereka ketika kita bertanya dan butuh pertolongan (info).
Napoli kota besar padat penduduk memiliki tempat tempat yang indah dan juga tempat kumuh di kalangan padat terkadang kami menjumpai pengemis terutama dijalan yang sering dilewati turis tapi selama kita tidak meladeninya, mereka pun tidak mengganggu. Keadaan struktur jalan menurut saya agak berantakan rambu lalu lintas penyebrang jalan sedikit tapi untung masih ada pedestrian- Jangan heran jika jadwal kendaraan umum suka berubah dadakan, di monitor pun tak tertulis data yang jelas. Akan tetapi saya dibuat suprise dan sempat terbawa kagum oleh kaum Z Napoli warga lokal ketika mau yebrang jalan, spontan mereka berhenti (ada beberapa mobil) dan saya pun reflex bergegas yebrang tapi mobil di belakangnya mulai memberikan klakson terus menerus (yang artinya tindakan mobil berhenti itu tidak lazim dilakukan oleh banyak pengemudi di Napoli saat melihat orang ingin menyebrang alias kurang empati kepada pejalan kaki) padahal kita sudah berdiri di tempat penyebrangan tapi tidak ada lampu.
Yang berikutnya saya di buat kagum oleh sikap Generasi Z berumur antara lima belasan waktu itu sang bocah sedang berdiri di halte cuek memainkan hpnya kami mendekat dan bertanya jurusan bis menuju museum pertanyaan kami begini “Bonjorno, we want to go to the museum, do you know where we should wait, here or there?” kami menunjuk halte di sebrang jalan karena kedua halte itu memberikan ket. rute yang mirip tanpa jam kedatangan, hingga membuat kami agak bingung.
Generasi Z itu sangat antusias menjawab pertanyaan kami dan membalas dengan bahasa Itali dan bahasa tangan dia menjelaskan No.bis yang kami sebut sudah benar dan tinggal tunggu datang dalam berapa menit lalu dia kembali memandangi hpnya. Saya masih ragu dengan penjelasan anak itu dan suami saya tegur.
“Kamu yakin anak itu paham yang kamu tanya, karena di depan kita juga ada halte dan No.bus sama, apa tidak keliru“. Saya mengatakan begini karena waktu sudah sore dan mepet jika kami salah arah bisa-bisa museum keburu tutup. Seperti yang sudah-sudah menunggu bis di Italy jarang ada petunjuk dan tidak tepat waktu. Rupanya bocah itu sedikit nguping saat kami berbicara dengan bahasa jerman dan melihat keraguan saya yang sambil menuding halte di sebrang, dia menghampiri kami dan berbicara lagi dengan dibantu bahasa tangannya seperti semula, kurang lebih begini.
“jangan takut bisnya bentar lagi datang saya pun naik bis itu sambil tangan menunjuk dadanya dan kemudian diam”. Entah saya atau suami menunjuk halte di sebrang jalan, anak itu segera nangkap dan menjelaskan lagi dengan sangat sabar.
“bus akan datang dia ikut naik bus itu dan bus akan berputar ke halte di depan kita, serunya”. Kami tak begitu mengerti bahasanya tetapi melihat kesungguhan anak ini membuat kami yakin dan menunggu di halte yang sama.
Setelah menunggu delapan menit lebih bis perlahan mendekat dan anak itu mengajak kami masuk dia duduk di bagian belakang kiri kami duduk di sebelah kanan dekat pintu agar mudah keluar ketika sampai tujuan dalam sekejab bis itu pun penuh penumpang. Selama perjalanan sepuluh menit bis pun berbelok dan melaju kearah rute halte yang tadi kami tunggu sesuai dengan perkataan si bocah tadi. Saya menengok kebelakang dan melihat anak itu masih disana duduk sambil melihat hp dan saat kami mau turun duapuluh menit kemudian di halte depan museum, generasi Z masih duduk tenang dan cuek dengan tangan sekali-kali menatap hp seolah menjagai kami agar tidak nyasar. Terima Kasih nak, semoga Tuhan memberkati kamu.
Hal hal seperti ini dan masih banyak lagi yang membuat saya menyukai kota Napoli toh di balik desas-desus rawannya kota masih banyak orang baik yang bisa kita temui di sekitar sana generasi Z generasi penerus bangsa.
Info: Koleksi photo dan cuplikan video travel kami ada di konten youtube Touring well, silakan klik icon youtube.