Valentines Day
Minggu di akhir bulan pebuari cuaca terasa cepat sekali hangat, matahari bersinar tampa harus menembus kabut seperti biasa di musim dingin hingga membuat saya tertarik untuk duduk di beranda berjemur menikmati hangat mentari.
Saya keluarkan juga sebentar, bunga anggrek yang saya beli tanggal empat belas pebuari yang maksudnya ingin meng-ekpresikan hari valentins. Tiba tiba saja saya jadi ingat dan coba mencari tahu makna perilaku sikap saya pada hari itu, pikir pikir saya beli anggrek ini lebih condong ditujukan pada diri sendiri atau untuk kasih suami atau mungkin yang lebih tepat bunga anggrek ini di tujukan untuk mengingat relasi kita berdua.
Ceritanya dulu tuh beberapa tahun lalu suami suka membeli bunga di hari valentins tapi akhir akhir ini sudah tidak kasih bunga lagi karena atas saran saya sendiri: “valentins nggak usah beli bunga deh sudah banyak. “Namanya bunga pot jarang yang awet jika di taru dalam ruangan makanya tahun ini saya berinisiatif membeli bunga sendiri.
Ketika melihat bunga itu tumbuh mekar dan menikmati warnanya membuat saya tertarik untuk menulis tema valentins day. Tanggal 14.02 seperti yang kita ketahui bukan merupakan hari libur namun orang sudah tahu hari valentins ini sebagai tujuan hari kasih sayang semua umat di dunia, oleh karenanya sudah seperti tradisi, yang seharian kerja di kantor akan pulang pagian dan memberi suprise pasangan di rumah, anak sekolah bersiap-siap untuk dapat kumpul menceriakan hari itu bersama temannya dan yang lebih dewasa mungkin mengajak pacar makan dengan suasana yang beda dari biasanya. Skenario-skenario kecil bermain di kepala dan bikin saya ingin tahu, apakah mereka benar-benar menikmati moment tersebut.
Meng-ekspresikan selebration ini dengan sendirian, berdua atau bersama-sama yang pasti punya satu tujuan adalah untuk berbagi dan mencurahkan kepedulian. Hari valentins di keluarga saya biasa saja walau begitu saya akui, bahwa ide dan maksud hari valentins ini sangat baik dan mudah untuk dipahami bagi kalangan mana pun dan bukan ditujukan untyk khalayak muda saja. Akan tetapi disisih lain saya juga mendengar sindiran orang yang mendebatkan atau sedikit nyinyir tentang hari valentins tsb. dan berpendapat bahwa valentins diciptakan demi suatu tujuan komersil. Saya kira jika ada yang coba mengambil keuntungan secara komersil, menurut saya itu its okay, di mana saja dan apa pun bentuk urusan pasti ada yang coba meng-komersilkan, hal ini lumrah selama tidak ada paksaan.
Berita menarik dan mengagumkan ketika saya baca koran dan melihat berita TV dari kegiatan-kegiatan yang di-laksanakan pada hari valentins, baik oleh per-orangan dan organisasi bagaimana mereka memanfaatkan moment itu memberikan waktu, sikap peduli dan tindakan demi kebahagiaan orang lain salah satunya adalah; Penggalangan dana bagi pasien cancer; peduli kesehatan-anak; dsb.
Dan ada yang bangun pagi-pagi sekali panggang roti dan membagikan di stasiun kereta kepada orang-orang yang akan berangkat kerja, lalu ada pula yang membagikan selimut (mengingat malam itu suhu sangat dingin) kepada tuna-wisma yang di temui di jalan (yang tidak lazim, tapi kadang masih ada yang suka tidur di stasiun karena entah menunggu kereta pagi atau alasan lain).
So makna valentins tidak selalu harus diresapi dan dirayakan dengan suatu pesta atau mendapatkan barang/hadiah tapi juga memberi peluang kepada kita untuk peduli dan berbagi rasa kepada orang lain. Saya pribadi cukup senang jika pada tgl.14.02 andai dapat melakukan sesuatu, selain menyenangkan diri, keluarga atau bersama teman terdekat dengan hal yang sederhana, membuat rangkaian bunga, bikin menu & kue favorit keluarga. Menyatakan peduli sebetulnya tidak harus menunggu Tgl.14.02. dan bisa kapan saja dilakukan tapi jujur deh kita manusia mudah melupakannya, kesibukan dan rutinitas sehari hari sering mengabaikan betapa pentingnya meng-ekspresikan sikap sayang dan peduli kepada orang yang kita cintai.
Perhatian, sebuah sikap yang kelihatan remeh tapi berdampak besar sekali, walau banyak yang bilang valentins hanya untuk muda mudi yang baru jatuh cinta namun valentins termasuk tema yang cukup menarik untuk diobrolkan dan sering menjadi guyonan gemes ibu ibu senior yang sudah punya anak dewasa karena sering dikatakan perhatian pasangan akan berkurang ketika di usia senja.
Pembicaran ini menjadi simpang siur, ada yang jawab ini dan itu dan saya ingin ambil baiknya ketika dengar obrolan mereka. Jawaban dari teman-teman tentu cukup banyak dan berbeda topik. Tapi apakah sebuah pemberian harus selalu datang dari pihak laki-laki saja pikir saya. Celetuk kan kencang bikin saya kaget.
- “Wah, suami gue udah gak gubris hal hal itu!”
- “Suami ku beli kan mobil baru!”
- “Suami saya tidak romantis!”
- “Suami gue si sibuk trus!”
- “Saya cuma di kasih bunga.”
Singkatnya, masing-masing punya persi sendiri-sendiri, dan membandingkan secara lucu dan bukan marah beneran. Karena sebagian dari mereka termasuk golongan senior saya rasa bukan dari segi materi yang di diskusikan, maka terjadi pro dan kontra walau begitu mereka akui seusia mereka tidak begitu ngarap lagi untuk selalu diperingati. Kesibukan ngurus rumah dan cucu membutuhkan peringkat yang lebih penting. “Akan tetapiiii..,” satu teman senior nyeletuk. Jika ada perhatian dan dapat mendengar kata sayang terucap dari orang terdekat seperti suami atau anak akan membuat dia lebih gembira. Kemudian melanjutkan. Saking sudah lengket nya relation sampai sering melupakan kata-kata mesra satu sama lain. Jadinya tidak heran dong kalau hari valentins di Eropa hari yang di tunggu-tunggu kaum wanita.
Wah, apakah memang sudah aturannya begitu kalau sudah tua menjadi kurang peka terhadap pasangan. Salah satu teman pernah cerita bagaimana dia begitu antusias pada hari valentins, menurutnya dia sudah masak banyak dan berdandan rapih seusai makan dia coba mesra kepada suami namun reaksi yang di dapat tidak sehangat harapan.
- Istri: “sayang, saya cinta kamu!“
- Suami: “Sama.”
Tentu saja teman saya menjadi masam dan tersinggung dengan jawaban yang kaku hingga akhirnya ngambek, tidak lanjut mesra yang ada malah berdebat dan sang suami bingung karena tidak tahu apa kesalahan nya. Saya tertawa geli dengan acting teman saya waktu menceritakan kejadian tsb, tapi memang tidak lucu si jika hal itu terjadi sama diri sendiri [he he he]. Etis nya kita berharap kalau lagi bicara serius mesra paling tidak tanggapan lawan bicara kita lebih bijak. Tapi laki laki kan cara bicaranya memang simpel.
Dongeng dari tema valentins ini akhirnya saya buat narasi bahwa; Hal yang kelihatan sepeleh toh bisa berdampak besar sekali bagi orang yang kita cintai termasuk orang tua kita serta sebagian orang. Dan unik nya walau ucapan tsb, sebetulnya gratis tapi tidak semua orang bisa memberikan kepedulian dan atensi ini.
Semoga valentins Anda berkesan.
Satu pemikiran pada “#23 Valentins Day”